lalu kamu singgah ditempat lain, disaat kita sudah sama sama lelah menunggu....






“Karena kita wanita,  kita hanya bisa menunggu. Lelah menunggu dan masih terus menunggu. Lalu ternyata dia singgah dilain tempat,  setelah lelah menunggu diseberang jalan”.


Tiap orang punya kenangan indah. Sungguh.
Tiap orang punya mimpi. Bahkan sejak kecil, kita sudah memimpikan banyak hal,

Memimpikan seperti apa aku ketika besar, bahkan aku pernah bermimpi menjadi seorang guru.
Aku bermimpi menjadi pacar dari salah satu anggota westlife dulu. 
Seiring waktu, mimpi kini semakin jarang dan lebih realistis. Tapi tetap saja, masih ada muncul mimpi aneh yang diluar kemampuan. Hanya saja ketika menginjak usia belasan, kita mulai memilah mana mimpi yang bisa kita wujudkan, mana yang terdengar konyol.



Dan ternyata ada satu mimpi konyol yang meskipun sudah dipilah tetap melengket kuat diingatan. Mimpi tentang memiliki kamu.
Memiliki mu yang dulu aku katakan hanya sebatas keinginan dan kekaguman yang tak harus jadi milikku sendiri.
Semakin hari aku semakin bahagia, semakin mendalam dan ada waktu dimana aku berharap kamu hilang.
Mimpi yang terlalu indah untuk dilupakan, bahkan saat aku bersikeras ingin melupakan, Tuhan seolah memaksamu menoleh kearahku, lalu aku seperti karet gelang yang mulai terpilin pilin, jauh dari kata kebulatan.

Aku menunggu.
 Menunggu kembali hari dimana kamu menyadari ada yang kurang jika tidak ada aku.
Aku menunggu kamu.
Matahari yang aku lihat dari jauh. Matahari yang tak sanggup aku dekati.
Aku memujamu.
Aku terlalu naif jika aku berpikir aku pantas berada disampingmu.
Aku berubah.
Aku berusaha menjadi seperti yang kamu bilang, wanita independent yang sukses yang akan membuat semua orang kagum, aku berusaha.
Lalu saat itu, aku mulai bermimpi.
 
Mungkin kamu sedang menungguku.
Mungkin kamu pernah memiliki perasaan khusus ketika melihatku.
Mungkin jika saat itu aku terus bersabar menunggu, kamu akan mendekat.
Mungkin jika saat itu aku tidak berlari terlalu jauh, kamu akan mendekati ku.
Mungkin jika suatu hari nanti aku berteriak, kamu akan mendengarku.
original photo : https://www.zedge.net/wallpaper/811d22c7-1d26-38f2-940e-c3970bb990c3
 
Lalu tiba tiba aku terbangun.
Semua itu hanya sebuah kemungkinan yang tidak pernah diciptakan peluangnya.
Sebuah mimpi yang bagaimana dikikis terus menebal.
Sebuah mimpi yang dengan paksa sudah ku buang, lalu kembali lagi.



Aku dipermainkan bukan oleh mu.
Tapi oleh mimpi dan kehendak hati yang selalu mencari cari celah kemungkinan dan menolak melihat kenyataan.
Aku lelah.
Jujur aku lelah.
Aku lelah terus menunggu, dan terus menunggu.
Aku menyesal karena aku wanita.
Aku menyesal bukan karena fisik kewanitaanku.
Karna jika aku lelaki dan kamu wanita, mungkin kita tidak akan serumit ini.
Aku menyesal kenyataan bahwa wanita harus selalu menunggu.
Aku menunggu, karena aku tidak ingin memperburuk kenyataan bahwa jika nanti aku ditolak, kamu benar benar bukan lagi mimpi yang ingin kuhapus, tapi mimpi yang akan selamanya melekat.
Aku menunggu, hingga akhirnya kamu singgah ditempat lain.
Aku benar benar kehilangan kesempatan kali ini.
Lalu apakah aku harus menjadi jahat dengan terus menunggumu?
Bukankah ini berarti aku mendoakan hubunganmu suatu hari akan berakhir?

“Karena kita wanita,  kita hanya bisa menunggu. Lelah menunggu dan masih terus menunggu. Lalu ternyata dia singgah dilain tempat,  setelah lelah menunggu diseberang jalan”.


Aku sungguh tak ingin kita berakhir seperti dikutipan ini.  Tanpa sempat mencari kebenaran, tanpa sempat menghilangkan dahaga dihati. Aku membayangkan, betapa indahnya jika tiap hari ada kamu. Tapi aku tahu. Kamu memang matahari. Bersinar terang tanpa sanggup aku dekati. Kita saling bertukar pandang, tapi tidak pernah bisa bertukar peluk. 

 Tapi bagaimana, ego ku meneriakkan bahwa aku harus memelukmu.
Aku kini tersiksa, tersiksa saat aku ingin berada didekatmu.
Mengetahui apa warna kesukaanmu, apa parfum yang kamu gunakan, bagaimana aroma dan sensasi yang terasa ketika berada dalam pelukanmu. dan betapa bahagianya jika aku bisa terlempar dari mimpi, dan terbangun dengan kenyataan bahwa kamu masih disini. 

Lalu aku pernah bertanya, jika kita memang pernah punya rasa, jika kita memang pernah saling menunggu, jika ternyata kamu pernah menunggu dan beberapa saat lalu kamu singgah ditempat lain karena lelah menunggu, kenapa saat itu kamu tidak mendekat? Lalu kenapa peluang tidak memberikan keuntungan kepada kita? Lalu apa gunanya aku menunggu? Ketika ternyata kamu juga menunggu. 

Tapi bagaimana jika sejak awal hanya aku yang menunggu diantara lamunan lamunan liarku tentang kamu......




published on 10/16/16 by Weii1997
edited 1st time :  29/08/18 by Weii1997
original post by me, photo not mine.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

What is ATOMY? Korean product? Is it good?

Review Nourishing Liquid Eyelashes dari Bioaqua

Lip Balm Bioaqua "Soft Color Lip Balm Strawberry" Review